Berapa
kali pun orang mengalami patah hati dan putus cinta, mereka tak akan
menyerah dan memulai kembali untuk menjalin cinta yang baru meskipun
kadang membutuhkan waktu yang lama karena ketakutan akan kegagalan yang
terulang sering membekas menjadikan luka yang tak terlihat atau
“trauma”.
Namun
pernahkah Anda berpikir, apa yang terjadi pada tubuh kita saat jatuh
cinta itu terjadi? Jika secara psikologis kita sudah hampir mengenali
dan merasakan secara jelas proses ini, lain halnya dengan proses
biologis yang terjadi di dalam tubuh kita.
Perlu Anda ketahui, di dalam
tubuh melibatkan beberapa hormon tertentu sehingga kita dapat membedakan
secara sadar di mana kita merasakan sedang jatuh cinta atau tidak.
Hormon sendiri berperan membawa pesan kimiawi antar sel atau kelompok
sel yang tentu saja melibatkan reaksi kimia.
Hormon yang berperan ketika Anda
bertemu seseorang spesial yang Anda sukai adalah hormon Dopamine.
Hormon ini sama prinsip kerjanya dengan kokaine yaitu menimbulkan efek
ketagihan. Tak heran jika Anda selalu merasa rindu walaupun sebenarnya
Anda telah menghabiskan waktu dengannya. Dopamine menimbulkan efek
kesenangan sehingga Anda terpacu untuk terus mengulanginya.
Jika Anda merasa sesak nafas
atau jentung berdetak tak berarturan dan seringkali gugup ketika bersama
atau saat memikirkan dia, itu wajar saja karena hormon yang bernama
Fenylethilamin sedang bekerja. Beberapa orang sering melibatkan hal ini
sebagai rayuan gombal, namun sebenarnya hal tersebut adalah fakta karena
mereka benar-benar mengalaminya.
Selanjutnya, sebagai seseorang
yang istimewa, maka kita juga akan mengistimewakan dia dengan melakukan
pengorbanan yang kadangkala mengambil resiko, misalnya memacu kendaraan
dengan kecepatan tinggi agar sampai tepat waktu di rumahnya,
meninggalkan kuliah dengan dosen pengampu yang galak demi memenuhi janji
dari si dia, atau gejala nafsu makan yang menurun drastis dan susah
tidur, itu semua karena pengaruh hormon Adrenalin. Hormon ini akan
memacu Anda untuk melakukan tindakan yang seringkali di luar kendali.
Tak hanya hormon yang pengaruh
kerjanya mirip dengan kokain, adapula hormon yang setara dengan
morphine, yaitu endorphine. Hormon ini muncul ketika kita merasakan
sakit, kegembiraan dan orgasm. Sama seperti Morphine, efek yang timbul
karena hormon ini adalah kegembiraan yang berlebihan. Misalnya ketika
Anda mendapatkan senyuman darinya saja, hal ini akan berdampak luar
biasa. Anda akan berubah bersemangat menjadi lebih rajin belajar, atau
beberapa kegiatan lain bisa terjadi hanya karena perasaan bahagia yang
berlebihan ini.
Selanjutnya terdapat hormon
Vasopresin yang juga memiliki peranan dalam kegiatan seksual. Fungsi
hormon ini adalah untuk menahan sekresi air. Selain itu hormon ini
berfungsi mengatir pengeluaran urin.
Hormon terakhir adalah Oxytocine
yang diproduksi ketika Anda melakukan aktivitas fisik bersama pasangan,
misalnya bergandengan tangan. Hormon ini dihasilkan di hipotalamus dan
biasa dihasilkan dalam jumlah besar ketika seorang wanita telah mencapai
fase menyusui.
0 komentar:
Post a Comment